Kanker serviks tetap menjadi ancaman global dengan perkiraan 342.000 kematian per tahun menurut WHO. Deteksi dini melalui skrining efektif menjadi kunci pencegahan, dengan dua metode utama: Pap Smear dan HPV Test. Meskipun sering digunakan bersama, kedua pendekatan ini memiliki prinsip kerja, akurasi, dan rekomendasi penggunaan yang berbeda secara fundamental.
Prinsip Kerja dan Tujuan
Pap Smear (sitologi serviks) mengidentifikasi perubahan morfologis sel serviks melalui mikroskop. Metode ini mendeteksi sel abnormal prakanker atau kanker yang sudah terbentuk. Sementara HPV Test mendeteksi material genetik (DNA/RNA) dari Human Papillomavirus (HPV) tipe risiko tinggi, terutama strain 16 dan 18 yang menyebabkan 70% kasus kanker serviks. HPV Test tidak mengidentifikasi kelainan sel, melainkan keberadaan virus penyebab kanker.
Akurasi dan Rekomendasi
WHO menetapkan HPV DNA Test sebagai metode skrining primer karena sensitivitasnya 90-95% dalam mendeteksi lesi prakanker, lebih tinggi dibanding Pap Smear (50-60%). American Cancer Society (ACS) merekomendasikan:
Usia 25-65 tahun: Skrining utama dengan HPV Test setiap 5 tahun.
Jika HPV Test tidak tersedia: Kombinasi HPV Test dan Pap Smear (co-testing) setiap 5 tahun atau Pap Smear tunggal setiap 3 tahun.
Wanita ≥30 tahun: Kombinasi HPV Test dan Pap Smear optimal untuk mengurangi risiko false negative.
Kelebihan HPV Test terletak pada objektivitasnya—hasil tidak bergantung pada interpretasi visual—dan kemampuannya mendeteksi infeksi sebelum perubahan sel terjadi. Namun, infeksi HPV seringkali bersifat sementara pada wanita <30 tahun, sehingga Pap Smear lebih direkomendasikan untuk kelompok usia ini.
Prosedur dan Inovasi
Kedua metode menggunakan sampel sel serviks yang diambil dengan speculum, tetapi HPV Test memungkinkan self-sampling (pengambilan sampel mandiri) tanpa pemeriksaan panggul. Inovasi ini meningkatkan partisipasi skrining di daerah terpencil. WHO mencatat bahwa self-sampling HPV Test memiliki akseptabilitas hingga 85% pada populasi dengan kesadaran kesehatan tinggi.
Strategi Skrining Berbasis Bukti
Wanita <25 tahun: Pap Smear setiap 3 tahun jika aktif secara seksual.
Wanita 25-65 tahun: Prioritaskan HPV Test setiap 5 tahun. Jika hasil negatif, interval skrining dapat diperpanjang.
Wanita >65 tahun: Hentikan skrining jika hasil konsisten negatif selama 10 tahun.
Untuk hasil HPV Test positif tetapi Pap Smear negatif, ACS merekomendasikan pengulangan tes dalam 6-12 bulan. Jika infeksi HPV persisten, kolposkopi diperlukan untuk konfirmasi histologis.
KALGen Innolab yang merupakan laboratorium pemeriksaan kanker menyediakan layanan Pemeriksaan Pap Smear berbasis teknologi liquid-based cytology (LBC) yang meningkatkan akurasi hingga 30% dibanding metode konvensional. Dengan laboratorium berstandar internasional dan tenaga ahli tersertifikasi, kami menjamin deteksi dini yang tepat untuk kesehatan optimal Anda.
Sumber Referensi: